Sebuah pantai yang sangat cantik dan ga kalah indahnya dengan
pantai-pantai di Banyuwangi. Grajagan terletak sekitar 52 km ke arah
selatan dari Kota Banyuwangi. Posisinya yang dekat dengan Pantai
Plengkung menjadikan pantai Grajagan sebagai pintu masuk ke Plengkung.
Grajagan berada dikawasan seluas 314 hektar di hutan KPH Banyuwangi
Selatan, terletak di desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten
Banyuwangi.
Para Penelusur tau ga fakta unik tentang Pantai Grajagan ini?, usut
punya usut Pantainya luas diselimuti oleh pasir hitam, memiliki gua dan
bukit yang sangat indah. Ketika Para Penelusur berada di sana maka akan
melihat hamparan pantai dan bukit yang menjulang tinggi di tepi pantai.
Menikmati suasana pantai dengan deburan ombak laut lepas dari atas
shelter dan 3 gua peninggalan tentara Jepang pada masa Perang Dunia II.
Para Penelusur juga dapat menyaksikan langsung aktifitas nelayan di pagi
hari saat berangkat mencari ikan dan menurunkan ikan hasil
tangkapannya. Belilah beberapa jenis ikan laut hasil tangkapan nelayan
atau mengapa tidak memancingnya secara langsung.
Para Penelusur pasti akan senang untuk datang ke Pantai Grajagan,
karena Pantai grajagan sangat menarik untuk dikunjugi. Pasir yang bersih
terhampar di pantai yang luas. Di seberang pantai, pemandangan
perbukitan tampak eksotis. Keberadaan gua pertahanan zaman jepang juga
menjadi daya tarik tersendiri. Susasana kampung nelayan manambah pesona
grajagan. Wisatawan tempat membeli beberapa jenis ikan laut hasil
tangkapan hasil nelayan. Fasilitas cottage tersedia di tempat wisata
yang terletak 35 km di selatan kota banyuwangi ini. Serta Pantai
Grajagan yang menawarkan ombak terbaik sedunia, sahingga sangat bagus
untuk surfing.
Untuk Para Penelusur yang pengen datang ke Pantai Grajagan ga usah
khawatir, karena untuk menuju Pantai Grajagan sangat mudah, jalannya
sudah beraspal dan dapat ditempuh menggunakan mobil pribadi, sewaan,
atau kendaraan umum. Diperlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan dari kota
Banyuwangi. Lokasinya bisa dijangkau menggunakan kendaraan roda empat,
bahkan bus besar.
Ayo tunggu apa lagi?, buruan Telusuri Pantai Grajagan karena suasana
romantis dan eksotis akan mengusik kenyamanan Para Penelusur. Ayo
Telusuri Indonesia!!
Berikut beberapa gambar dari Tempat Wisata Pantai Grajagan Banyuwangi yang sangat cantik ini.
Cantiknya Tempat Wisata Pantai Grajagan BanyuwangiCantiknya Tempat Wisata Pantai Grajagan BanyuwangiCantiknya Tempat Wisata Pantai Grajagan BanyuwangiCantiknya Tempat Wisata Pantai Grajagan Banyuwangi
Banyuwangi juga memiliki wisata Rafting atau Arum Jeram yang terkenal
cukup extrim dan sangat cocok bagi anda yang ingin berpetualang menguji
nyali, wisata rafting ini bernama Karo Adventure yang mata
air nya berasal dari Sungai Mbadeng yang bersumber dari 2 anak sungai
yang berasal dari Gunung Raung yang memiliki panjang kurang lebihnya
13Km.
Karo Rafting Banyuwangi via (kakiraung-indonesia.blogspot.com)
Wisata Karo Rafting
Lokasi Karo Adventure
Wisata Rafting ini berlokasi di Desa Sumber Bulu Songgon, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.
Berpetualang
di karo rafting banyuwangi ini mampu menggetarkan adrenaline, dengan
pengarungan sangat menantang yang melintasi 2 desa dengan jumlah
jeramnya kurang lebih 25 jeram yang berkategori besar, sedang, dan
ringan. Sepanjang pengarungan anda juga akan dimanjakna dengan
pemandangan hijau yang menawan yang di dominasi dengan hutan pinus.
Bagi anda yang masih belum pengalaman atau masih pertama kalinya
mengikuti olahraga arung jeram tidak perlu kuatir karna di wisata
tersebut anda akan di pandu oleh Guide/Skiper yang sudah berpengalaman
di bidangnya dan mereka juga telah bersertivikat Faji (Federasi Arung
Jeram Indonesia) yang akan menciptakan rasa aman dan kenyamanan saat
menyusuri sungai tersebut.
Festival Rafting dan Tubing Karo Adventure
Di sungai badeng ini juga di adakan festival rafting dan tubing
yang di ikuti oleh ratusan pserta dari kesatuan perangkat daerah (SKPD)
se- Banyuwangi yang dilakukan pada 16-17 April 2016 lalu, yang mana
setiap peserta akan menempuh jarak 2kilometer dengan penilaian yang
telah ditentukan berdasarkan kecepatan dalam mencapai garis finis, tidak
hanya rafting yang bisa di nikmati saat berwisata ke songgon banyuwangi ini,
para pengunjung juga bisa menyaksikan beberapa air terjun yang masih
sangat alami seperti air terjun sendang arum, air terjun lider, giri
asih dan air terjun telunjuk dewa raung yang dikenal dengan kejernihan
dan keindahan alamnya yang begitu memanjakan.
pantai di Banyuwangi yang memiliki keindahan yang tak kalah dengan
daerah lain dan yang terpenting masih alami. Jadi pesona yang ditawarkan
pun berlipat-lipat karena alamnya yang masih asri. Hal ini juga
didukung dengan garis pantai yang dimiliki Banyuwangi cukup panjang,
mencapai 175 km. Kadi tak heran kalau daerah dengan julukan the sunrise
of Java ini memiliki pantai dengan pemandangan yang menakjubkan. Banyak
pantai yang dulunya cukup asing di Banyuwangi kini begitu diminati
wisatawan, termasuk wisatawan mancanegara. Bahkan dari pantai-pantai
tersebut menjadi favorit para pecinta surfing internasional karena
ombaknya yang begitu menantang mereka. Misalnya saja Pantai Plengkung
dan Pulau Merah. Masih ada lagi pantai yang lainnya yang tak kalah
menakjubkan, seperti Pantai Green Bay, Pantai Pancur, dan tak
ketinggalan Pantai Rajegwesi.
Pantai
Rajegwesi sendiri berada di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaraha,
Banyuwangi, dan masih termasuk dalam wilayah Taman Nasional Meru Betiri.
Karenanya pantai ini pun dikelilingi dengan hutan tropis hijau yang
menyejukkan mata kala memandang. Meski demikian, Pantai Rajegwesi
memiliki ombak yang lebih kecil dibandingkan pantai di laut selatan pada
umumnya. Karenanya banyak penduduk di sekitar pantai yang menjadi
nelayan dan bisa melaut dengan tenang. Jajaran perahu yang ada di bibir
pantai semakin mewarnai pemandangan yang ada di Pantai Rajewgwesi.
Pantai ini memiliki pasir yang berwarna coklat karena tercampiur dengan
endapan lumpur sungai yang terbawa hingga sampai di laut. Karena
banyaknya nelayan yang berlabuh di pantai ini, di pagi hari daerah di
bibir pantai menjadi sibuk dengan keramaian pelelangan ikan yang
dilakukan nelayan dan pembeli yang ingin mendapatkan ikan-ikan segar
hasil tangkapan mereka. Pantai
Rajegwesi sendiri awalnya ditemukan pada masa kekuasaan Jepang dimana
mereka membangun bunker pengintai di balik bukit capil yang ada di
sebelah barat pantai. Bahkan nama rajegwesi sendiri berasal dari
kekuatan pertahanan laut tentara Jepang kala itu yang diambil dari
Bahasa Jawa. Kata rajeg bermakna tiang pancang sementara wesi berarti
besi sehingga jika disatukan berarti tiang pancang dari besi. Namun
sebenarnya tiang pancang yang ditancapkan Jepang di perairan Teluk
Rajegwesi terbuat dari kayu jati yang memiliki kekuatan setara besi dan
ditancapkan di mulut teluk dengan bersap dimana bagian depan dan
belakangnya dibuat saing menutupi celah. Hal ini tentunya akan
menyulitkan kapal musuh yang hendak menyusup ke bibir pantai. Dahulunya
masih ada beberapa peninggalan Jepang yang tersisa di bunker tersebut,
seperti meriam yang moncongnya langsung mengarah ke teluk Rajegwesi.
Bukan saja meriamnya yang hilang diambil orang-orang tak bertanggung
jawab, namun juga rajegwesinya. Tinggallah kini bunker Jepang ini
sebagai bangunan tua yang disebut dengan nama goa Jepang oleh penduduk
sekitar. Orang-orang yang tinggal di sekitar Pantai Rajegwesi juga
kemungkinan ada yang keturunan orang Yogyakarta karena dahulu untuk
menancapkan Rajegwesi, tentara Jepang membawa pekerja dari Yogyakarta
untuk memasangnya. Bukan
saja sejarah Jepang yang menghilang di pantai ini, namun pantai ini
juga sempat rusak terkena terjangan tsunami yang berlangsung pada 3 Juni
1994. Bukan saja area sekitar pantai rusak parah namun peristiwa
tersebut juga menewaskan 200 orang. Namun kini dengan semakin banyaknya
wisatawan yang bertandang ke pantai ini, membuat beberapa akses pantai
ini diperbaiki. Meski untuk akses jalannya masih berlubang di sana-sini.
Namun pemandangan yang ditawarkan pantai ini menjadi alasan wisatawan
untuk bertandang. Bukan hanya pasirnya yang berwarna putih kecoklatan
dan hutan tropis yang mengelilinginya, namu juga gugusan bukit di tepi
teluk yang membuat topografi pantai begitu unik dan menjadi obyek yang
menarik untuk pecinta landscape fotografi. Mau berenang, mandi, maupun
snorkeling bisa dilakukan dengan aman karena ombaknya yang cenderung
tenang. Sekedar bersantai pun juga bisa. Jadi
yuk bertandang ke Pantai Rajegwesi yang berjarak 80 km dari pusat kota
Banyuwangi. Biar gak pusing mikir transportasi maupun akomodasi selama
di sana, ikutan Paket Tour Banyuwangiaja. Ada pemandu yang siap membantu untuk bisa sampai ke pantai yang menakjubkan ini.
Pantai Mustika terletak di antara Pantai Pulau Merah dan
Pantai Pancer. Posisinya masih satus garis dengan pantai Pulau Merah, sekitar
tiga hingga empat kilometer disebelah baratnya. Untuk menjangkau Pantai Mustika
pengunjung bisa melewati bibir pantai atau memutar menggunakan kendaraan melalui
jalan desa. Sedangkan dari Pantai Pancer, lokasi Pantai Mustika tepat disebelah
timur TPI (Tempat Pelelangan Ikan) Pancer. Ada papan nama petunjuk arahnya yang
bisa dilihat oleh pengunjung.
Pantai Mustika tergolong pantai yang masih perawan. Warga
setempat mengenal lokasi ini sebagai Mustaka (kepala) kawasan Teluk Pancer,
Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.
Nama Pantai Mustika konon berkaitan dengan kedatangan Ratu
Kidul ke tempat tersebut. Sewaktu pulang mustikanya tertinggal. Lalu ada
seseorang yang menemukan mustika tersebut. Karena orang tersebut mengetahui
bahwa mustika itu milik Ratu Kidul, maka ia membuangnya ke laut dengan harapan
dapat kembali kepada pemiliknya. Dari situ kemudian pantai ini dinamakan Pantai
Mustika. Soal kebenaran cerita tersebut tentu berpulang pada kepercayaan
masing-masing orang.
Pantai Mustaka, berbentuk setengah lingkaran.
Pantai Mustika yang cukup nyaman untuk bersantai bersama keluarga
tersebut memiliki ombak yang cukup aman untuk anak-anak yang ingin bermain di
tepi pantai maupun berenang. Selain hamparan pasir putih yang bersih, kontur
pantai yang landai dan membentuk seperti setengah lingkaran, juga sangat baik di jadikan lokasi olahraga. Kawasan
sekitarnya cukup rindang dengan ratusan pohon kelapa, seakan menjadi kanopi
alami di Pantai Mustika. Kesejukan pantai bisa dirasakan begitu memasuki
kawasan tersebut. Beberapa meja dan kursi sudah tertata rapi di sana. Meja
tersebut berderet di sepanjang garis pantai dan cukup nyaman dijadikan tempat
bersantai sambil menikmati view sunrise.
Dari pantainya pengunjung melihat secara langsung panorama
alam Pulau Mustaka di seberang. Pulau seluas 3 hektar yang berjarak sekitar
empat mil laut dari bibir pantai ini menyuguhkan panorama dinding tebing yang
menawan di hampir semua bagian terluarnya. Tebing tersebut seolah benteng alam
bagi populasi monyet yang hidup di sana.
Pulau Mustaka dilihat dari Pantai Mustika.
Perairan sekitar Pulau Mustaka juga menyimpan keindahan
bawah laut yang relatif perawan. Terumbu karang, keragaman ikan hias menjadi
daya tarik yang tak ternilai. Keindahannya dapat dinikmati dengan snorkeling.
Selain itu, perairan Mustaka menjadi spot para mancing mania. Saking jernihnya
air di sana, pengunjung bisa melihat isi laut hingga ke dalaman empat meter.
Terumbu karang dan biota laut bisa dilihat secara jelas dengan mata telanjang.
Menurut warga setempat, Pulau Mustaka terkenal dengan
terumbu karang yang indah dan juga menjadi habitat dan berkumpulnya berbagai
jenis ular laut. Meski terdengar berbahaya, tapi hingga saat ini be lum pernah
ada kejadian ular menggigit pengunjung. Keberadaan ular laut di sekitar Pulau
Mustaka itu justru menjadi daya tarik tersendiri. Meski banyak ular, sejauh ini
tidak ada kecelakaan yang melibatkan manusia. Tentu saja, asal kan pengunjung
tidak mengganggu ular laut tersebut.
Konon di Pulau Mustaka ada peninggalan masa penjajahan
Jepang berupa benteng pengintai lengkap dengan meriam besar di puncaknya. Situs
ini sekaligus menjadi wisata sejarah meski banyak cerita mistis seputar
keberadaannya. Banyak warga mengatakan, di Pulau Mustaka kerap muncul
penampakan makhluk gaib. Karena itu ada rencana untuk mengembangkan Pulau
Mustaka sebagai tujuan wisata mistis. Untuk menuju Pulau Mustika, pengunjung
bisa memanfaatkan perahu nelayan yang bersandar di Pantai Pancer.
Tak jauh dari Pulau Mustaka terdapat satu pulau yang disebut
Pulau Mbedil.
Pulau ini terbagi dua,
Pulau Mbedil Satu dan Pulau Mbedil dua yang terpisahkan selat pendek.
Nama
'Mbedil' diambilkan dari bahasa Jawa. Mbedil asal kata dari Bedil. Dalam
bahasa
Indonesia berarti senjata api. Jadi Mbedil memiliki arti menembak.Selain
itu karena bentuknya menyerupai bedil, sehingga dinamakan juga Pulau
Bedil.
Nah, kedua pulau Mbedil itu konon memiliki keunikan yang berkaitan dengan
namanya tersebut. Sesekali dari arah Pulau di sebelah barat Pulau Merah itu
terdengar suara mirip dentuman meriam. Suara dentuman itu berasal dari hempasan ombak
yang masuk ke gua yang ada di bawah bibir tebing pulau Mbedil. Suaranya
terdengar dari jarak sekitar 100 meter. Semakin kencang hempasan ombak, maka
semakin nyaring suara dentuman pula.
Yang lebih unik
lagi, suara tembakan itu akan diikuti kemunculan pelangi pendek yang melayang
di antara Pulau Mbedil satu dan dua. Fenomena ini hanya berlangsung beberapa
menit saja dan di kala matahari bersinar terik.
Pulau Mbedil Satu dan Pulau Mbedil Dua.
Di sekitar Pulau Mbedil tersebut terdapat sebuah karang yang
dipercaya sebagai sebuah media untuk Ratu Pantai Selatan atau Nyai Roro Kidul
muncul ke dunia ini dari dunianya.
Karang tersebut dari bibir Pantai Selatan terlihat menyerupai sebuah kursi yang
berdiri. Karena itu karang itu disebut sebagai Karang Kursi. Karang kursi ini dimitoskan sebagai tempat Nyi Roro
Kidul muncul. Kalau kita berdiri diatas Karang Kursi itu terdapat sebuah
jendela angin dari bawah laut yang mengembuskan angin kencang dari laut dan
disusul air laut yang menyembur ke atas. Uniknya, air yang menyembur tersebut
tidak asin melainkan tawar. Belakangan pantai ini disepakati dengan nama Pantai Parang Kursi oleh Bupati Banyuwangi.
Para penelusur pecinta fauna pasti pengen kan ke Afrika untuk
mempelajari berbagai fauna disana. Para Penelusur ga usah jauh-jauh ke
Afrika, karena di pulau jawa ada Padang rumput yang mirip di Afrika
yaitu Padang Rumput Sadengan. Sadengan berada dalam kawasan Taman
Nasional Alas Purwo di Semenanjung Blambangan di Kabupaten Banyuwangi
Jawa Timur. Berada sekitar 2 km dari pintu masuk Pos Rawa Bendo, Taman
Nasional Alas Purwo. Sadengan merupakan lokasi yang dipilih dalam
pengelolaan sebagai habitat bagi para satwa termasuk Banteng dalam
merumput / mencari makan dan berinteraksi dengan seluas kurang lebih 80
hektar. Di Sadengan waktu terbaik untuk mengamati Banteng yaitu pagi
sekitar pukul 06.00 WIB – 09.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.30
WIB – 17.00WIB. Dan terdapat puluhan banteng, rusa, merak hijau, babi
hutan, dan satwaliar lain mencari makan. Disarankan buat Para Penelusur
bila ingin mengamati Banteng di Sadengan untuk membawa peralatan seperti
Binokuler untuk lebih jelas dalam pengamatan.
Para penelusur pasti tau kan fakta
menarik tentang Padang Rumput Sadengan?. Di Sadengan, yang berlokasi di
kecamatan Tegaldlimo ini disediakan pos pemantauan satwa dengan sebuah
gubuk dengan tiga lantai. Dari sini, wisatawan bisa melihat secara
langsung satwa liar dari ketinggian. Juga, bagi wisatawan yang hendak
meneliti hewan di Sadengan, telah disediakan penginapan khusus untuk
peneliti. Lokasinya tepat berada dibelakang pos pemantauan. Dan beragam
jenis satwa beraktivitas di padang penggembalaan Sadengan mulai dari
beragam jenis burung, Kijang, Rusa, Banteng, Babi Hutan, Lutung dan
lain-lain. Dari 302 jenis burung yang ada di Taman Nasional Alas Purwo
beberapa family terdapat di Sadengan seperti Elang Jawa, Elang Ular
Bido, Elang Ikan Kepala Kelabu, Elang Laut Perut Putih, Peregam,
Srigunting, Ayam Hutan Merah, Jalak Putih, Bangau Sendang Lawe, Blekok
Sawah, Merak Hijau,dan masih banyak lagi. Dalam pengelolaannya Sadengan
juga dibagi kedalam blok-blok. Adapun pembagian blok yang ada di
Sadengan yakni Blok A1 seluas 7,29 Ha, Blok A2 seluas 15,60 Ha, Blok A3
seluas 14,20 Ha, Blok B1 seluas 13,17 Ha dan Blok B2 seluas 15,96 Ha,
Blok B3 seluas 18 Ha dengan total luas pengelolaan Sadengan kurang lebih
84,220 Ha. Tujuan dari pembagian blok-blok ini adalah untuk mempermudah
pengelolaan dan monitoringnya. Tiap-tiap blok mendapatkan perlakuan
yang berbeda tergantung pada kebutuhan kawasan bagi masing-masing blok.
Buat Para Penelusur yang ingin berwisata
ke Padang Rumput Sadengan bisa menyewa mobil jeep milik Perhutani yang
bisa disewa seharga Rp 150 – 250 ribu (harga sewaktu-waktu berubah),
tergantung negosiasi. Dengan mobil jeep, Para Penelusur bisa menyusuri
jalanan menuju Sadengan dengan lebih mudah karena jalannya masih alami
dan berupa bebatuan tanpa aspal yang mulus. Jangan lupa Para Penelusur
untuk keperbukitan di belakang Sadengan karena merupakan tempat
bertenggernya burung merak di atas pohon. Biasanya burung merak hanya
keluar dari pukul 06.00-10.00 WIB. Setelah itu, burung-burung tersebut
akan berteduh di atas pohon dari panasnya matahari. Dan sekitar 10 meter
memasuki padang savana, rombongan dikejutkan oleh kawanan banteng.
Jaraknya mungkin sekitar 20 meter, tapi tanduknya yang runcing seperti
huruf ‘u’ terlihat jelas. Warnanya ada yang cokelat dan hitam.
Ayo tunggu apalagi Para Penelusur,
cepatlah menelusuri Padang Rumput Sadengan. Karena selain pergi
berlibur, Para Penelusur juga dapat mendapat berbagai pengetahuan
tentang satwa-satwa di Indonesia. Ayo Telusuri Indonesia!!
Berikut beberapa gambar dari Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi yang indah ini.
Ayo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di JawaAyo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di JawaAyo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di JawaAyo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di JawaAyo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di JawaAyo Ke Tempat Wisata Padang Rumput Sadengan di Banyuwangi, Afrika di Jawa
Kalau Taman NasionalMeru Betiri dikenal sebagai surganya flora dan fauna, barangkali julukan yang
tepat untuk Pantai Sukamade adalah surganya penyu bertelur di Banyuwangi. Di
sini pengunjung dapat menyaksikan secara langsung penyu bertelur, melihat penangkaran
penyu dan mengikuti kegiatan pelepasan tukik (anak penyu) ke laut.
Pantai Sukamade
Pantai Sukamade dikenal sebagai satu dari tiga tujuan wisata utama di Banyuwangi, selain Pantai Plengkung dan Gunung Ijen. Ketiga tempat wisata ini menjadi andalan sektor pariwisata Banyuwangi, yang dikenal dengan istilah Triangle Diamonds (segitiga
berlian). Karena jika ditarik garis lurus yang menghubungkan lokasi
ketiga tempat wisata tersebut, maka akan terbentuk sebuah segitiga.
Triangle diamonds
Pada
mulanya pantai ini ditemukan oleh Belanda pada tahun 1927. Sukomade
merupakan hutan lindung alam di Jawa Timur yang berhubungan dengan
penangkaran penyu.Di sini juga terdapat perkebunan karet, kopi dan
coklat yang ditanam di areal seluas 1200 hektar. Pantai Sukamade yang lokasinya
berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri ini, letaknya searah dengan Pantai Rajekwesi dan Pantai Teluk Hijau. Jika Anda sudah sampai di Teluk Hijau dan
memiliki waktu yang cukup, sayang jika tidak sekalian melanjutkan perjalanan ke
Pantai Sukamade. Jaraknya hanya sekitar 15KM lagi. Walau jaraknya relatif
dekat, tapi membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mencapainya, mengingat medan jalannya
berbatu dan harus melewati sungai, sangat menjanjikan petualangan yang
menantang adrenalin.
Dari pintu gerbang
Taman Nasional Meru Betiri, untuk mencapai Pantai Sukamade bisa ditempuh dengan
menggunakan mobil dobel gardan, sepeda motor atau … jalan kaki.
Pantai Sukamade
adalah satu dari dua lokasi penyu bertelur di Banyuwangi, selain PantaiNgagelan. Mungkin habitat penyu terbesar di Indonesia terdapat di pantai ini. Selama
ribuan tahun, Sukamade adalah tempat bertelur penyu-penyu raksasa dari Samudera
Hindia dan Pacific. Hal ini tidak lepas dari letak Sukamade yang terpencil,
sehingga penyu-penyu bisa bertelur dengan lebih aman, minim gangguan manusia
dan habitatnya pun terjaga.
Pada puncaknya, dalam
sehari penyu yang mendarat bisa mencapai 80 ekor, mulai dari petang sampai
pagi, namun belakangan jumlahnya terus menurun hingga tinggal belasan ekor
saja.Salah satu penyebabnya
banyaknya kapal-kapal nelayan yang mencari ikan di sekitar Pantai
Sukamade memasang lampu yang sangat banyak di kapalnya membuat lokasi
perairan menjadi terang.Akibatnya penyu menjadi takut untuk mendarat
karena ia tidak suka cahaya. Karena itu di pantai dilarang menyalakan
lampu supaya kondisi pantai tetap gelap gulita untuk membuat kondisi
sealami mungkin bagi penyu mendarat. Terdapat empat spesies penyu yang bertelur di
Pantai Sukamade, yaitu Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Sisik (Eretmochelys
imbricata), Penyu Slengkrah (Lepidochelys olivacea), dan Penyu Belimbing
(Dermochelys coriaceae). Dari empat spesies penyu tersebut,Penyu
Hijau adalah jenis yang paling banyak dan mudah ditemukan bertelur di
Pantai Sukamade. Menurut laporan penelitian WWW (World Wide Fund
for Nature), Penyu Hijau yang paling umum bersarang di Sukamade. Karena itu
Pantai Sukamade pantas juga disebut sebagai tempat pendaratan penyu hijau terbaik di Indonesia.
PENYU HIJAU
Sesuai namanya, Penyu Hijau (Chelonia mydas) memang berwarna agak hijau
pada bagian tubuh, daging, dan lemaknya. Saat dewasa biasanya berukuran
rata-rata 100 cm, bahkan ada yang hingga mencapai 250 cm. Saat masih
kecil atau anakan, jenis ini merupakan karnivora, tapi saat dewasa dia
juga memakan ganggang dan daun-daun vegetasi mangrove/pantai.
Ciri morfologinya antara lain terdapat sepasang sisik prefrontal pada
kepala, tempurung berbentuk hati dengan tepi rata dan berwarna hijau
coklat dengan bercak coklat tua sampai hitam. Karapas terdiri dari empat
pasang costal, lima vertebral dan 12 pasang marginal yang tidak
menutupi satu sama lain. Terdapat sepasang kuku pada flipper/dayung
depan, kepalanya kecil dan bundar. Keping perisai punggung tukik penyu
hijau berwarna hitam, sedangkan bagian ventral berwarna putih.
Penyu Hijau
Penyu Sisik
Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata) disebut juga Penyu Genteng. Penyu Sisik juga dikenal sebagai Hawksbill turtle karena paruhnya
tajam dan menyempit/meruncing dengan rahang yang agak besar mirip paruh burung
elang. Demikian pula karena memiliki karapas yang bertumpuk atau tumpang tindih
(imbricate) seperti sisik ikan, maka dinamai penyu sisik. Ciri-ciri umum adalah
warna karapasnya bervariasi kuning, hitam dan coklat bersih, plastron berwarna
kekuning-kuningan. Terdapat dua pasang sisik prefrontal. Penyu Sisik selalu
memilih kawasan pantai yang gelap, sunyi dan berpasir untuk bertelur. Paruh
penyu sisik agak runcing sehingga memungkinkan mampu menjangkau makanan yang
berada di celah-celah karang seperti sponge dan anemon. Mereka juga memakan
udang dan cumi-cumi.